![]() |
| Utusan Khusus Presiden Bidang Pariwisata, Zita Anjani, saat berkunjung ke Pulau Siompu untuk melihat langsung warisan sejarah masyarakat bermata biru. (Foto: Diskominfo Busel) |
StasiunBerita.id, Buton Selatan - Utusan Khusus Presiden Bidang Pariwisata Indonesia, Zita Anjani, melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Buton Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Dalam kunjungan tersebut, putri dari Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan itu menelusuri langsung jejak sejarah masyarakat bermata biru di Pulau Siompu, yang selama ini dikenal menyimpan kisah unik lintas peradaban.
Rombongan Zita berangkat dari Jakarta pada Kamis (15/10/2025) dini hari, transit di Makassar dan Baubau, sebelum akhirnya tiba di Desa Biwinapada, Pulau Siompu. Kedatangan mereka disambut hangat oleh Pemerintah Daerah Buton Selatan bersama para tokoh adat dan masyarakat setempat.
Disambut dengan prosesi adat pengalungan sarung Buton, Zita terlihat antusias mendengarkan kisah asal-usul masyarakat bermata biru yang selama ini menjadi bagian dari identitas Pulau Siompu.
“Banyak yang mengira mata biru ini kelainan genetik. Ternyata tidak. Dari penelusuran sejarah, masyarakat Siompu adalah keturunan dari percampuran bangsa Mongol dengan Kerajaan Buton di masa lampau,” ujar Zita di sela kunjungannya.
Zita menilai, kisah masyarakat bermata biru merupakan bagian penting dari perjalanan panjang sejarah Indonesia. Fenomena itu membuktikan bahwa Nusantara telah menjadi ruang pertemuan berbagai bangsa sejak berabad-abad silam.
“Ini bukan legenda atau cerita rakyat, tetapi warisan sejarah yang nyata. Indonesia punya sejarah luar biasa, dan Siompu adalah salah satu buktinya,” tegas alumni University College London tersebut.
Dalam dialog bersama masyarakat dan mahasiswa KKN Universitas Dayanun Ikhsanuddin, Zita menekankan pentingnya menjaga keberlanjutan nilai budaya dan sejarah tersebut agar tidak hilang seiring waktu.
“Kita harus menjadikan ini wisata budaya dan wisata sejarah. Jangan sampai generasi muda nanti hanya mendengar cerita tanpa bisa melihat buktinya,” kata Zita.
Ia juga menyinggung kemungkinan pembangunan museum atau galeri sejarah mata biru sebagai pusat informasi dan destinasi wisata edukatif.
“Kedatangan saya ke sini karena ingin lebih banyak orang mengenal sejarah Siompu. Ke depan, mungkin kita bisa wujudkan museum atau ruang pamer sejarah agar nilai ini terus hidup,” ujarnya.
Menutup kunjungan, Zita mengapresiasi peran aktif kelompok sadar wisata (Pokdarwis) dan masyarakat lokal dalam menjaga tradisi dan potensi daerah. Ia berharap pemerintah daerah bersama masyarakat dapat terus mengembangkan Siompu sebagai destinasi wisata unggulan berbasis budaya dan sejarah.
“Kalau dikelola dengan baik, Siompu bukan hanya dikenal karena keindahannya, tapi juga karena kisah sejarahnya yang mendunia,” pungkasnya.
Editor: Lang
