StasiunBerita.id, Jakarta – Kepergian Arya Daru Pangayunan, diplomat muda Kementerian Luar Negeri, meninggalkan luka mendalam bagi keluarga. Ayahnya, Subaryono, mengenang sang anak sebagai anugerah yang amat berharga setelah perjuangan panjang.
“Ini pukulan yang sangat berat. Kami shock, terpuruk, dan tak berdaya,” kata Subaryono dikutip dari YouTube SindoNews, Sabtu (23/8/2025).
Arya, kata sang ayah, merupakan anak tunggal yang begitu dinanti setelah sang istri mengalami tiga kali keguguran. Nama lengkapnya dipilih dengan penuh doa dan harapan.
1. Arya berarti lelaki terhormat,
2. Daru berarti bintang keberuntungan,
3. Pangayunan bermakna berada dalam pangkuan keluarga.
“Proses kelahirannya penuh perjuangan. Ibunya harus bed rest hampir sepanjang kehamilan. Karena itu, Daru benar-benar menjadi karunia yang luar biasa,” tambahnya.
Fakta Penyelidikan Polisi
Di sisi lain, hasil penyelidikan kepolisian menutup ruang spekulasi. Dirreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Wira Satya Triputra, memastikan tidak ada pihak lain yang terlibat dalam kematian Arya.
Hasil digital forensik mengungkap, sejak 2013 Arya sudah menuliskan keinginan untuk mengakhiri hidupnya. Komunikasi dengan organisasi Samaritans lembaga amal di Inggris dan Irlandia yang memberi dukungan emosional bagi orang-orang dengan tekanan mental menjadi bukti kuat.
“Dari seluruh data yang kami peroleh, tidak ada tanda ancaman fisik, psikis, ataupun kekerasan dari orang lain,” tegas Wira dalam konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, 29 Juli 2025 lalu.
Kepergian Arya Daru tak hanya menyisakan duka keluarga, tetapi juga kehilangan besar bagi dunia diplomasi Indonesia. Sosok muda penuh potensi itu berpulang di usia produktif, meninggalkan pesan tentang betapa pentingnya dukungan emosional bagi siapa pun yang tengah berjuang melawan tekanan batin.